Profil Pengusaha Himawan Suripto
Mantan pemilik counter hp ini tidak pernah menyangka. Pasalnya sesuatu terlihat sepele malah menjadi satu bisnis menguntungkan. Bayangkan Bapak Himawan Suripto kaya gara- gara kaleng bekas rokok. Pria asal Klampis Ngasem ini bahkan mampu mengantungi omzet puluhan juta.
Pengusaha asli Sukolilo menyulap kaleng bekas rokok menjadi moge. Alias motor gede, miniatur detail yang dia buat kemudian dipasarkan melalui sosial media.
Berawal dari rasa ingin menyenangkan cucu. Ia pengen membuatkan mainan buat cucunya. Namun cucunya kurang suka. Butuh waktu cukup lama buat dia mendapatkan bentuk sekarang. Butuh trial and error hingga Suripto mampu membuat moge. Beruntung "ejekan" tetangga Suripto dengarkan baik- baik dan diperbaiki.
Bisnis UKM
"Kritik tetangga, teman, dan orang sekitar, saya mulai mencontoh bentuk roda...," kenangnya. Yang awalnya Suripto tidak pernah tau bentuk moge sesungguhnya.
Dia meniru bentuk roda, tangkinya, dan stang persis. Suripto memanfaatkan kabel antena tv bekas menjadi rangka. Dibentuk, dililitkan, dirangkai pakai kaleng hingga mirip moge (motor gede). Pemasangan disusul guntingan tangki, stang, sedel, knalpot, dipasang menyusul.
Kesulitan terbesar ialah membentuk tangki. Karena bahan kaleng rokok susah ditekuk. Kadang- kadang ia malah bikin penyok. Untuk menyiasati dibikinlah agak lonjong dibanding aslinya. Kalau dicermati benar satu hal ini kurang menyerupai motor gede asli, namun tidak menghentikan minat konsumen kok.
Dalam sebulan dia mengaku mampu menjual 25 unit. Harga termurahnya dijual Rp.200 ribu karena sudah masuk barang seni. Tidak berhenti berjualan sendiri, dia diangkat menjadi suplier sebuah toko aksesoris lokal yang berkonsep franchise di Jalan Sulawesi, Surabaya.
Bayangkan menjadi suplier harga miniaturnya jadi Rp.475 ribu, bahkan Rp.550 ribu tanpa tawar. Maka ia sengatlah bersyukur atas usahanya sekarang. Walau tidak punya karyawan, Suripto selalu mampu selesai mengerjakan target produksi.
Ia membutuhkan 10 kaleng buat satu moge. Harga perkaleng Rp.200 diambil dari para pedagang kaki lima. Dalam dua hari jadilah satu moge. Paling malah adalah moge dengan tingkat kedetailan tinggi. Dia jual Rp.550 ribu atau setara satu gram emas.
Meski sudah sukses Suripto masih bertekat. Apalagi kalau bukan membesarkan usahanya. Disisi lain jadi pembuka lapangan pekerjaan baru di daerah. Bantuan pelatihan pemasaran oleh pemerintah daerah begitu dia syukuri. "Sejauh ini tidak ada kendala dalam pemasaran," paparnya.
Pemerintah Kota memberikak yang terbaik kepada UKM lokal. Berkat bantuan pemesanan meningkat. Akan tetapi kendala lain muncul soal sumber daya manusia. Suripto keteteran merekrut karyawan yang berkualitas. Ia menjelaskan banyak pekerja kapok ketika mencoba membuat kerajinan.
Terdengar lucu, tetapi betulan, menurut Suripto kebanyakan kapok karena jari terluka kena seng kaleng bekas. Dari itulah Suripto selalu turun tangan membantu karyawannya. Ia akan sangat senang jika ada orang mau belajar. "Akan saya ajari sampai mahir," sambutnya.
Padahal pesanan membludak bahkan dari asing. Pesanan terpaksa ditolak karena dia tidak sanggup. "Ya mau gimana lagi, orangnya terbatas," tutup Suripto.
Bayangkan menjadi suplier harga miniaturnya jadi Rp.475 ribu, bahkan Rp.550 ribu tanpa tawar. Maka ia sengatlah bersyukur atas usahanya sekarang. Walau tidak punya karyawan, Suripto selalu mampu selesai mengerjakan target produksi.
Ia membutuhkan 10 kaleng buat satu moge. Harga perkaleng Rp.200 diambil dari para pedagang kaki lima. Dalam dua hari jadilah satu moge. Paling malah adalah moge dengan tingkat kedetailan tinggi. Dia jual Rp.550 ribu atau setara satu gram emas.
Meski sudah sukses Suripto masih bertekat. Apalagi kalau bukan membesarkan usahanya. Disisi lain jadi pembuka lapangan pekerjaan baru di daerah. Bantuan pelatihan pemasaran oleh pemerintah daerah begitu dia syukuri. "Sejauh ini tidak ada kendala dalam pemasaran," paparnya.
Pemerintah Kota memberikak yang terbaik kepada UKM lokal. Berkat bantuan pemesanan meningkat. Akan tetapi kendala lain muncul soal sumber daya manusia. Suripto keteteran merekrut karyawan yang berkualitas. Ia menjelaskan banyak pekerja kapok ketika mencoba membuat kerajinan.
Terdengar lucu, tetapi betulan, menurut Suripto kebanyakan kapok karena jari terluka kena seng kaleng bekas. Dari itulah Suripto selalu turun tangan membantu karyawannya. Ia akan sangat senang jika ada orang mau belajar. "Akan saya ajari sampai mahir," sambutnya.
Padahal pesanan membludak bahkan dari asing. Pesanan terpaksa ditolak karena dia tidak sanggup. "Ya mau gimana lagi, orangnya terbatas," tutup Suripto.
0 comments:
Post a Comment