Pasca virus corona mewabah, anjuran untuk bekerja di rumah semakin gencar disuarakan oleh Pemerintah termasuk perusahaan untuk mencegah penyebaran virus corona yang telah banyak menelan korban jiwa itu. Nah salah satu aplikasi yang banyak dipakai ketika bekerja dan melakukan meeting dengan rekan kerja tanpa harus keluar rumah adalah Zoom Video. Tak banyak tahu, siapa sosok dibalik aplikasi itu?
Adalah Eric Yuan adalah sosok dibalik aplikasi Zoom. Pria yang lahir dan besar di Tai'an , Provinsi Shandong, China adalah founder atau pendiri aplikasi Zoom Video Communications berbasis cloud.
Dikutip dari berbagai sumber, Eric Yuan memperoleh gelar sarjana dan master dalam bidang matematika terapan dan ilmu komputer dari Universitas Sains dan Teknologi Shandong.
Saat masih berusia 20-an, Eric Yuan mendengar pidato Bill Gates tentang internet. Pidato itu memberinya mimpi dan dia ingin pergi ke Silicon Valley. Namun dia harus bersabar selama dua tahun, berkali-kali permohonan visanya selalu ditolak Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Pada 1997, dalam usaha ke-sembilannya, permohonannya akhirnya dikabulkan. Yuan pun segera berangkat ke negeri Pam Sam itu. Saat itu Bahasa Inggrisnya masih kacau. Yuan mampu bertahan karena kemampuannya dalam memahami bahasa kode komputer. Yuan bekerja di perusahaan peranti lunak video konferensi WebEx.
Pada 1997, dalam usaha ke-sembilannya, permohonannya akhirnya dikabulkan. Yuan pun segera berangkat ke negeri Pam Sam itu. Saat itu Bahasa Inggrisnya masih kacau. Yuan mampu bertahan karena kemampuannya dalam memahami bahasa kode komputer. Yuan bekerja di perusahaan peranti lunak video konferensi WebEx.
Pada 1997, Yuan bergabung dengan WebEx , yang diakuisisi oleh Cisco Systems pada 2007; dia menjadi wakil presiden bidang bidang teknik.
Dalam sebuah wawancara dengan Thrive Global, Yuan mengaku tidak bahagia karena menemukan banyak pelanggannya yang tidak bahagia dengan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Hal itulah yang memunculkan ide, Yuan untuk mengembangkan sebuah platform yang bisa memuaskan pelanggannya.
Yuan Nge-Zoom
Pada 2011 Eric Yuan berhasil mendirikan Zoom dan ia berpikir keras bagaimana produknya menghadirkan sesuatu yang berbeda dari Skype milik Microsoft, Hang Outs milik Google dan Cisco perusahaan terdahulu yang masih memimpin dalam video konferensi.
Yuan berpikir untuk membuat sistem konferensi yang lebih ramah dan menyenangkan untuk pengguna, sampai saat ini akhirnya Zoom dikenal dengan layar belakang virtualnya yang bisa diubah seolah-olah berada di pantai atau di depan jembatan Golden Gate. Agaknya itu menjadi ciri khas Zoom dibandingkan aplikasi yang lain
Lewat aplikasi Zoom, Yuan percaya, ia bakal meraup keuntungan miliaran dari layanan buatannya yang boom di tengah pandemi virus corona. Karena sepertiga penduduk dunia berada dalam karantina dan pembatasan sosial, para profesional yang bekerja di seluruh dunia memilih Zoom untuk memenuhi komitmen profesional mereka.
"Cisco lebih fokus pada jejaring sosial," kata Yuan kepada Forbes. “Cisco membuat kesalahan. Tiga tahun setelah saya pergi, mereka menyadari apa yang saya katakan benar. ”
Namun, di awal proyeknya Yuan tidak bisa meyakinkan investor manapun untuk mendukung usaha barunya. Sehingga untuk mengembangkan ide tersebut, ia terpaksa meminjam uang dari teman dan keluarga untuk meluncurkan Zoom.
Seperti startup lainnya, perjalanan Zoom tidak mulus-mulus amat. Peningkatan lalu lintas pengguna dalam waktu singkat memunculkan pertanyaan kemampuan Zoom dalam menjaga data privasi pengunanya dari Kejaksaan Agung New York.
Secara total, Yuan, pria berusia 50 tahun ini telah menambahkan USD 2 miliar kekayaan bersihnya sepanjang 2020. Pasca merebaknya virus corona, Yuan lewat aplikasi Zooom berhasil mendapatkan keuntungan hingga Rp 64 T hanya dalam kurun waktu 3 bulan.
Kenaikkan tersebut bukan tanpa alasan, karena virus corona telah meningkatkan popularitas aplikasi zoom, apalagi dengan diberlakukannya social distancing dan work from home oleh sebagian warga negara di dunia. Terbukti, pada Desember 2019 pengguna aplikasi ini hanya 10 juta tetapi di akhir Maret 2020 sudah menyentuh angka 200 juta pengguna per hari.
Melansir dari Business Insider, kekayaan yang diperoleh pria imigran asal China ini berasal dari peningkatan harga saham Zoom yang dilisting di bursa saham Amerika Serikat. Harga saham Zoom yang tadinya di bawah US$ 70 per saham menjadi US$ 150 per saham.
Kenaikkan tersebut bukan tanpa alasan, karena virus corona telah meningkatkan popularitas aplikasi zoom, apalagi dengan diberlakukannya social distancing dan work from home oleh sebagian warga negara di dunia. Terbukti, pada Desember 2019 pengguna aplikasi ini hanya 10 juta tetapi di akhir Maret 2020 sudah menyentuh angka 200 juta pengguna per hari.
Yuen menjadi miliarder keempat yang mencatatkan kenaikan kekayaan terbesar dalam 500 Indeks Billionaires Bloomberg.
KiniYuan berada pada posisi 274 dalam daftar orang terkaya dunia, dengan nilai kekayaan USD 5,6 miliar atau Rp 84 triliun.
Baru-baru ini bahkan Yuan menggratiskan aplikasi video konferensinya untuk bisa diakses di sejumlah sekolah K-12 atau pendidikan dari TK hingga kelas 12 di Amerika Serikat.
Sementara itu, Yuan mengatakan kekayaan barunya ini tidak begitu menggairahkan, mungkin jika ia
masih berusia 25 tahun akan sangat bersemangat dengan hal itu, namun menginjak kepala 5 uang tidak begitu memberi kebahagian untuk dirinya.
Seperti dikutip dari Biografi.co.id dari The Telegraph, Yuen berharap perubahan seperti ini bukan
hanya sementara melainkan permanen apalagi melihat millenial yang sadar betul bagaimana harus menyelesaikan pekerjaan tanpa harus pergi ke kantor.
“Virus corona hanyalah katalisator, cepat atau lambat ini akan menjadi normal kembali, karena dunia bukan milik kita lagi, melainkan generasi muda,” tandasnya.***
Baru-baru ini bahkan Yuan menggratiskan aplikasi video konferensinya untuk bisa diakses di sejumlah sekolah K-12 atau pendidikan dari TK hingga kelas 12 di Amerika Serikat.
Sementara itu, Yuan mengatakan kekayaan barunya ini tidak begitu menggairahkan, mungkin jika ia
masih berusia 25 tahun akan sangat bersemangat dengan hal itu, namun menginjak kepala 5 uang tidak begitu memberi kebahagian untuk dirinya.
Seperti dikutip dari Biografi.co.id dari The Telegraph, Yuen berharap perubahan seperti ini bukan
hanya sementara melainkan permanen apalagi melihat millenial yang sadar betul bagaimana harus menyelesaikan pekerjaan tanpa harus pergi ke kantor.
“Virus corona hanyalah katalisator, cepat atau lambat ini akan menjadi normal kembali, karena dunia bukan milik kita lagi, melainkan generasi muda,” tandasnya.***
0 comments:
Post a Comment