Dunia musik Indonesia kembali berduka, sang maestro musik campursari Indonesia Didi Kempot dikabarkan meninggal dunia hari ini 5 Mei 2020 pada usia 53 tahun. Informasi tersebut dibenarkan Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Divan Fernandez.
Menurutnya, Didi masuk rumah sakit baru pagi ini. Namun dia belum mengetahui secara pasti penyebab meninggalnya Didi Kempot. Siapa Didi Kempot dan seperti apa jejak perjalanan Didi Kempot dalam industri musik di Indonesia? berikut ulasannya.
Dionisius Prasetyo atau lebih di kenal dengan Didi Kempot terkenal sebagai maestro campursari dan penulis lagu yang populer, ia memulai karirnya sebagai musisi jalanan di kota Surakarta, Jawa Tengah sejak tahun 1984 hingga 1986, kemudian mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989.
Sempat lama tak muncul di media, pada tahun 2019, namanya kembali populer di kalangan generasi muda dan dianggap sebagai Godfather of Broken Heart (Ayah Patah Hati).
Nama panggung Didi Kempot merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa ia hijrah ke Jakarta.
Didi Kempot merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto. Didi Kempot merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat. Didi kempot pemilik nama asli Dionisius Prasetyo; lahir di Surakarta, 31 Desember 1966.
Jika Didi Kempot dikenal sebagai penyanyi genre campursari, lain halnya dengan sang istri Yan Vellia justru memilih untuk berkecimpung di genre dangdut.
Hampir sebagian lagu yang ditulisnya bertemakan patah hati dan kehilangan. Alasan sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat, juga menjadi alasan Didi Kempot menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya.
Kini Didi Kempot banyak diminati oleh kalangan muda dari berbagai daerah yang menyebut diri mereka sebagai Sadboys dan Sadgirls yang tergabung dalam "Sobat Ambyar" dan mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broken Heart" dengan panggilan Lord Didi. Julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.
Fakta-Fakta Menarik Didi Kempot
Kehadiran Didi Kempot dalam belantika musik Tanah Air seolah memberikan nafas baru bagi nuansa musik daerah. Musik-musik berbahasa daerah yang mulanya cuma diminati oleh bapak-bapak atau orang dewasa, kini dengan kemasan baru yang didesain oleh Didi Kempot lebih dapat diterima di kalangan generasi milenial.
Terobosan tersebut tentu merupakan bentuk perubahan yang dipengaruhi oleh kehadiran Godfather of Brokenheart itu. Bagaimana dalam banyak konser yang dilakukan Didi Kempot, lirik-lirik berbahasa Jawa tersebut dengan lancar dinyanyikan serentak oleh para penonton, baik orang Jawa dan bahkan luar Jawa.
Hal tersebut merupakan salah satu fakta menarik dari kehadiran seorang Didi Kempot yang membawa perubahan baru dalam tren musik di Indonesia. Lebih lengkapnya, berikut di kutip dari gasbanter.com beberapa fakta menarik dari Sang Bapak Patah Hati Nasional ini:
1. Tak lulus SMA
Kesuksesan besar yang dicapai Didi Kempot tentu bukanlah hal yang mudah untuk diraih. Di samping karena faktor nasib yang Tuhan gariskan untuknya, bagaimana di balik pontang-pantingnya mengamen di jalanan Jakarta, justru di sanalah ia menemukan komunitas baru dan akhirnya diajak rekaman.
Di balik kesuksesannya ini sebagai seorang musisi campur sari yang dikenal seantero negeri, siapa sangka seorang Didi Kempot rupanya tak pernah lulus SMA. Hal itu karena memang ia lebih memilih mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi seniman, dan ayahnya pernah bilang bahwa untuk menjadi seniman tak harus menempuh sekolah yang tinggi,
2. Seorang pengamen
Meski Didi Kempot dilahirkan dalam keluarga yang berada, dengan ayahnya yang seorang pelawak terkenal, ditambah sang kakak juga seorang pelawak kawakan Srimulat, Didi Kempot mengawali karier bermusiknya dengan menjadi pengamen jalanan sejak tahun 1984. Ia mencari uang dengan satu bus ke bus yang lain demi memenuhi kebutuhanya.
Sembari mengamen, ternyata Didi juga menciptakan beberapa lagu. Dengan modal nekadnya, ia pergi ke Jakarta dengan harapan ada produser yang berminat untuk mengajaknya ke dapur rekaman. Namun ternyata, kehidupan di Jakarta tak semudah yang dibayangkan. Untuk mencukupi kebutuhannya, terpaksa ia harus mengamen lagi.
Singkat cerita, justru dengan mengamen itulah, Didi dipertemukan dengan musisi-musisi jalanan dan membentuk komunitas sendiri dalam bentuk grup musik Kelompok Penyanyi Trotoar (Kempot). Setelah sekian lama mengamen, akhirnya Didi dipertemukan dengan seorang produser yang kemudian membantunya dalam perilisan album Stasiun Balapan tahun 1999.
3. Asal usul nama Kempot
“Kenapa namanya ‘Kempot’, apakah ‘Kempot’ itu singkatan?” tanya Gofar Hilman, seorang penyiar di radio Hard Rock FM, yang kala itu sedang mewawancarai Didi Kempot dalam kanal YouTube miliknya. “Betul, kelompok penyanyi trotoar,” jawab Didi Kempot.
Sang Bapak Patah hati tersebut bercerita, ketika namanya belum seterkenal seperti sekarang, ia kerap mengamen di salah satu resto nasi liwet di Solo bernama Keprabon. Kala itu, merekam dan membuat album belum kepikiran di benakya.
“Habis itu kita hijrah ke Jakarta coba-cobaan nasib kumpul di Bunderan Slipi dulu, di situlah kita buat komunitas, timbulah kelompok penyanyi trotoar,” kata Didi Kempot lanjutkan kisahnya. Katanya, rata-rata kelompok penyanyi trotoar iniberasal dari pertemannya antar musisi atau seniman jalanan Solo.
4. Duta kereta api
Satu single yang merupakan awal dan melejitkan nama Didi Kempot adalah “Stasiun Balapan” yang rilis pada tahun 1999. Lagu beraliran campur sari ini kala itu didengarkan oleh semua orang dan menjadi angat identik dengan sosok Didi Kempot. Berkat lagu tersebut juga, Stasiun Balapan Solo menjadi terkenal me-nasional.
5. Keluarga seniman
Lahir di tengah keluarga seniman, banyak yang tak tahu bahwa ayah Didi Kempot merupakan seorang pelawak ternama, Ranto Gudel, dan kakaknya adalah pelawak legendaris yang tergabung dalam grup lawak Srimulat, Mamiek Prakoso.
Demikianlah sekilas mengenai sosok Didi Kempot. Selamat jalan Didi Kempot***
0 comments:
Post a Comment