Kata siapa orang kaya selalu hasil warisan dari orang tua? Sepertinya hal tersebut tidak berlaku bagi pria kelahiran Sulawesi Selatan ini. Aksa Mahmud namanya seorang pengusaha yang sukses di ranah politik dan bisnis. Iya ranah politik, jadi Aksa ini sempat menjadi Wakil Ketua MPR RI masa jabatan 1 Oktober 2004-2009.
Aksa Mahmud dikenal sebagai seorang pengusaha terkaya asal Sulawesi Selatan. Ia merupakan pendiri dari perusahaan Bosowa Grup, perusahaan yang memiliki puluhan anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor usaha seperti semen hingga dealer mobil.
Berbisnis Sejak Masih Muda
Terlahir dengan nama lengkap Muhammad Aksa Mahmud. Beliau lahir pada tanggal 16 juli 1945 di sebuah desa bernama Lapassu yang berada di kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Ayah Aksa Mahmud bernama H. Muhammad Mahmud dan ibunya bernama H. Kambira. Keduanya berprofesi sebagai petani biasa.
Sejak kecil, Aksa Mahmud biasa mengikuti orang tuanya menjual hasil bumi ke kota. Disinilah kemudian Aksa Mahmud mulai mengenal dunia bisnis. Aksa Mahmud memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat Mangkoso.
Saat masih di Sekolah Dasar atau dulu dikenal dengan nama Sekolah Rakyat, Aksa Mahmud berjualan es balok yang ia cacah menjadi bagian-bagian kecil saat bulan puasa tiba. Sambil berjualan es balok, ia juga berjualan Kurma dan permen di samping sekolahnya.
Keuntungan yang ia peroleh pun lumayan dan disinilah naluri bisnis dari seorang Aksa Mahmud mulai terasah. Seperti yang kutip dari Dream.co.id, Aksa Mahmud melanjutkan pendidikan menengah atasnya dengan masuk di Sekolah Teknik Negeri Pare-Pare di tahun 1962.
Namun tak lama setelah itu, Aksa Mahmud kemudian pindah ke Makassar dan melanjutkan sekolahnya di STM Makassar. Di sekolahnya ini juga, Aksa ikut bergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia.
Di Makassar pun bisnisnya tetap ia jalankan, jika musim panen kacang tanah tiba, ia biasa mengangkut hasil panen dari kampungnya dan menjualnya di Makassar dengan modal kepercayaan. Aksa Mahmud tamat dari STM pada tahun 1965.
Masa Kuliah
Setelah itu, Aksa Mahmud kemudian melanjutkan pendidikannya di Fakultas Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin. Di bangku kuliah, Aksa Mahmud aktif berorganisasi dan bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar.
Gejolak politik hebat pada tahun 1965 hingga 1966, membuat Aksa Mahmud bergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan aktif dalam gerakan penumpasan paham komunis yang ketika itu dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Bergabung Dalam Pers Kampus
Tak hanya di organisasi di luar kampus, Aksa Mahmud juga bergabung dalam organisasi pers kampus dengan mendirikan radio amatir serta menjadi penerbit koran mahasiswa.
Aksa juga menjadi anggota aktif Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Disinilah ia kemudian bertemu dengan seniornya yakni Jusuf Kalla.
Pers Mahasiswa memiliki fungsi dalam memberikan informasi yang aktual baik itu di kampus maupun juga diluar lingkungan kampus secara bijak dan kritis.
Hal inilah yang pernah dilakukan oleh Aksa Mahmud saat menurunkan tulisannya yang mengkritisi Operasi Militer Samsudari yang dilaksanakan oleh Kodam Hasanuddin Makassar yang kala itu dipimpin oleh Panglima Saidiman.
Aksa Mahmud menilai operasi militer yang dijalankan oleh Kodam Hasanuddin melanggar HAM kala itu dan penuh dengan kekerasan berdasarkan fakta yang ia peroleh dilapangan.
Tulisan tersebut juga diakui oleh Panglima Saidiman kala itu. Namun akibat dari tulisan tersebut, Aksa Mahmud ditahan selama 10 hari di ruang tahanan Kodam tanpa pemeriksaan.
Awal Berkarier
Di kutip dari Kumparan, setelah dari penjara Aksa Mahmud kembali ke dunia bisnis karena ajakan Jusuf Kalla. Ia menerima tawaran pekerjaan di NV Hadji Kalla. Siapa sangka dari pekerjaan tersebut Aksa Mahmud bertemu jodoh yang tidak lain adalah adik dari Jusuf Kalla, Siti Ramlah.
Nasehat dari ayah Yusuf Kalla yakni Hadji Kalla tersebut membuat Aksa Mahmud kemudian memilih berhenti dan mulai bekerja di perusahaan yang didirikan oleh Hadji Kalla yakni NV Hadji Kalla.
.....Karena kau akan menduduki jabatan itu melalui pressure group yang nantinya mengganti orang-orang Orde Lama dengan Orde Baru, maka suatu ketika juga kau akan diturunkan secara paksa – Hadji Kalla.
Tiga tahun bekerja di tempat tersebut, Aksa Mahmud memutuskan untuk resign mengembangkan usaha sendiri. Di tahun 1973 ia mendirikan showroom mobil Datsun di Makassar, kemudian perusahaan agen ini terkenal dengan nama CV Moneter.
Karena kariernya yang bagus, pada 1980 Aksa diberi tawaran menjadi agen Mitsubishi untuk wilayah Indonesia Timur. Dia pun menamakan agen perusahaan itu dengan Bosowa sebelumnya bernama Krama Yudha Tiga Berlian (KTB).
Nama Bosowa sendiri terinspirasi dari 3 kerajaan di Sulawesi Selatan, yakni Bone, Sopeng, dan Wajo. Bosowa pun berkembang, menjelma menjadi perusahaan raksasa bernama PT Bosowa Motor. Selain menjual mobil dari Jepang bisnis Aksa ini juga diperoleh dari mobil asal Jerman Mercedes-Benz.
Dilansir dari Lifepal, seiring majunya perusahaan Bosowa, pada 1995 Aksa Mahmud melebarkan sayap bisnisnya ke bidang produk semen dengan nama PT Semen Bosowa Maros, perusahaan tersebut juga dikenal sebagai produsen yang menguasai pasar di Indonesia Timur.
Di bidang jasa keuangan, Aksa membeli saham PT Bank Bukopin Tbk. dan PT Bank QNB Kesawan Tbk. Di bawah naungan Bosowa Corporation, ia menjadi pemilik saham mayoritas. Gak cukup sampai di situ, ia pun menambah enam perusahaan jasa keuangan lainnya.
Kini Bosowa Corporation terhitung sudah menggarap 10 sektor bisnis, mulai dari otomotif, semen, logistik, transportasi, pertambangan, properti, jasa keuangan, infrastruktur, energi, hingga media.
Pada 2019 lalu nama Aksa Mahmud masuk ke dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia berkat bisnis semennya. Total kekayaan Aksa ditaksir mencapai USD 710 juta atau setara dengan Rp 2,45 triliun (asusmsi kurs Rp 14.000/dolar AS).
***
0 comments:
Post a Comment