Pemilik nama lengkap Ali Saleh Mohammed Ali Jaber lahir di Madinah, 3 Februari 1976. adalah pendakwah dan ulama asal Madinah setelah hampir 10 tahun menetap di Indonesia, akhirnya Syekh Ali Jaber memutuskan berpindah kewarganegaraan Indonesia.
Ia juga menjadi juri pada Hafiz Indonesia dan menjadi Da'i dalam berbagai kajian di berbagai stasiun televisi nasional. Namun kejadian tragis menimpah ulama yang murah senyum itu, pada 13 September 2020, Ali Jaber ditikam oleh orang yang tidak dikenal saat berceramah di Bandar Lampung. Akibatnya, ia mengalami luka tusuk bagian lengan kanan. Tersangka atas nama Alfin Andrian, berusia 24 tahun ini kini berhasil diamankan oleh pihak kepolisian setempat.
Kali ini tim Biografi.co.id akan mengulas sosok Syekh Ali Jaber. Berikut biografi singkatnya.
Ia juga menjadi juri pada Hafiz Indonesia dan menjadi Da'i dalam berbagai kajian di berbagai stasiun televisi nasional. Namun kejadian tragis menimpah ulama yang murah senyum itu, pada 13 September 2020, Ali Jaber ditikam oleh orang yang tidak dikenal saat berceramah di Bandar Lampung. Akibatnya, ia mengalami luka tusuk bagian lengan kanan. Tersangka atas nama Alfin Andrian, berusia 24 tahun ini kini berhasil diamankan oleh pihak kepolisian setempat.
Kali ini tim Biografi.co.id akan mengulas sosok Syekh Ali Jaber. Berikut biografi singkatnya.
Masa Muda
Sejak kecil Syekh Ali Jaber dapat bimbingan agama oleh ayahnya. Ayahnya adalah penceramah agama yang mengharapkan anaknya menjadi seperti dirinya. Syekh Ali Jaber sejak kecil belajar Alquran.
Ayahnya sangat keras, bahkan tidak segan-segan memukul bila Ali Jaber kecil tidak menjalankan shalat. Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang religius.
Di Madinah ia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam. Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam.
Di Madinah ia memiliki masjid besar yang digunakan untuk syiar Islam. Sebagai anak pertama dari dua belas bersaudara, Ali Jaber dituntut untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam syiar Islam.
Meski pada awalnya apa yang ia jalani adalah keinginan sang ayah, lama-kelamaan ia menyadari itu sebagai kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya, Syekh Ali Jaber menyadari akan kebutuhan sendiri untuk menghapal Alquran.
Tak heran pada usia anak-anak, 10 tahun, Syekh Ali Jaber sudah menghapal 30 juz Alquran. Bahkan sejak usia 13 tahun, ia diamanahkan menjadi imam masjid di salah satu masjid di Kota Madinah.
Dikutip dari Viva.co.id. Ali Jaber mendapatkan pendidikan formal dari ibtidaiyah hingga aliyah di Madinah. Setelah lulus sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan khusus pendalaman Alquran kepada tokoh dan ulama ternama yang berada di Madinah dan luar Madinah, Arab Saudi.
Di antaranya Syekh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan), Syekh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah), Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Alquran di Madinah dan Ahli Qiraat), Syekh Khalil Abdurahman (seorang ulama ahlul Quran di Kota Madinah), Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram), Syeikh Prof. Dr. Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba), dan Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi).
Pendidikan
- Madrasah Ibtidaiyyah, Madinah, Lulus 1989
- Madrasah Tsanawiyyah, Madinah, Lulus 1992
- Madrasah Aliyyah, Madinah, Lulus 1995
- Mulazamah (melazimi) pelajaran-pelajaran Al Qur’an, Masjid Nabawi, Madinah, 1997
Karier
Syek Ali Jaber awalnya rutin mengajar dan berkdakwah khususnya di tempat tinggalnya, yakni masjid tempat ayahnya mensyiarkan Islam dan Ilmu Alquran.
Selama di Madinah ini, ia juga aktif sebagai guru hapalan AlQur’an di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid Kota Madinah.
Selama di Madinah ini, ia juga aktif sebagai guru hapalan AlQur’an di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid Kota Madinah.
Pada tahun 2008, kala usia 32 tahun, Syekh Ali Jabir terbang ke Indonesia. Ia menuju ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), asal istrinya tinggal. Di sini ia menjadi guru tahfidz (hapalan) Quran, Imam salat, khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok, NTB, Indonesia.
Kariernya berlanjut saat ia diminta menjadi Imam salat tarawih di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi pembimbing tadarus Quran dan imam salat Ied di Masid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta ini.
Kehadiran Syekh Ali Jaber ternyata mendapat sambutan yang sangat baik oleh masyarakat Indonesia. Dakwahnya yang menyejukkan, penyampaiannya sangat rinci, dan berisi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits. Ia mulai sering dipanggil keliling Indonesia untuk syiar Islam.
Ketulusannya berdakwah, ia mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada tahun 2011, ia menjadi Warga Negara Republik Indonesia. Sejak itu ia rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di TvOne dan menjadi juri Hafizh Indonesia di RCTI.
Untuk menyiarkan Islam lebih efektif dan melahirkan para penghapal Alquran di Indonesia, seperti ditulis dalam situsnya, ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber berkantor di Jatinegara, Jakarta, dan ia sendiri tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir. Dia mulai tampil di berbagai program telivisi. Bahkan ia juga menjadi aktor dalam film Surga Menanti, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang Hafizh Qur’an.
Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski sudah tenar lewat media, ia tetap berendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah.
Keluarga
Syekh Ali Jaber menikah dengan Umi Nadia, wanita Indonesia asal Lombok, NTB, dan dikaruniai dua anak bernama Hasan dan Fahad ***
0 comments:
Post a Comment