Profil Pengusaha Nani Kurniasari
Ditinggal suami dan hidup menjadi single parent membuatnya bekerja. Lebih keras dari apapun demi empat orang anak bukanlah hal mudah. Semua demi daput tetap ngebul istilahnya. Hanya tidak semudah itu, tetapi Nani Kurniasari mampu melewati.
Dia berkisah membuka bisnis katering bersama rekan sejak 2008. Namun, harus kandas karena gagal bayar hutang, lebih tepatnya dia bercerita punya hutang Rp.1,5 miliar ditambah Rp.500 juta. Sepanjang waktu itu antara 2003- 2010 memang bisnis katering Nani tengah surut.
Eh, malah dia mengambil hutang Rp.500 juta diatas. Mungkin dia berpikir bahwa bisa membalik nasib. Nani meski begitu gagal dan bangkrut meninggalkan hutang. "...malah jadi tambah utangnya, jadinya malah harus menutup utang sekitar Rp.2 miliar," kenangnya.
Bisnis kasih sayang
Suami pun pergi meninggalkan dia seorang diri. Sudah punya hutang miliaran dan dapat hutang miliaran. Dia tidak mau berlarut- larut. Sedikit Nani mulai membangun bisnis baru dengan modal seadanya. Menata hidup kembali dari nol membangun bisnis lagi dibidang kuliner.
"Saya tidak punya pilihan selain "move on"," Nani menambahkan. Menata hidup lebih baru agar tetap jadi waras. Nani ingin agar anak- anak keurus dengan benar. Tiba- tiba muncul ide membuat selai berdasarkan rasa cinta akan makanan manis.
Lebih tepatnya dia suka kopi manis. Sebelumnya sejak 2010- 2013, praktis dia tidak bekerja, dia menyebut cuma mengandalkan pemberian keluarga. Tahun 2014 mulai berbisnis hijab tetapi tidak begitu untung. Lantas dia mendatangi sebuah life coach penyembuhan diri.
Mendapatkan life coach mulailah berbisnis kembali. Kali ini, Nani menyasar kembali kuliner hanya tidak mau ribet memakai banyak peralatan.
"Saya kan suka masak dan tidak mau ribet kalau katering kan ribet perlatanannya banyak. Nah kalau selai ini mudah dan bisa dikerjain sendiri," tutur dia.
Tiba- tiba tercetus dia mau mengerjakan bisnis karamel. Wanita berhijab yang pernah berkuliah kelautan ini lantas merencanakan bisnis selai karamel. Diakui dia meracik makanan tidak akan mudah. Apalagi ketika itu emosi dirinya tengah terganggu.
Marah dan sedih karena kebangkrutan dan ditinggal suami membuatnya susah. Emosi negatif membuat apa yang dibuatnya tidak berasa enak. Karamel racikannya jadi pahit. Padahal memasak karamel butuh waktu mengaduk kurang lebih 7 jam, mengaduk butuh konsistensi, penuh perasaan dan cinta dibutuhkan.
"Soalnya meleng sedikit, rasa ancur enggak karuan, kekentalan tiba- tiba melenceng dari harapan," jelasnya.
Beruntung dia segera menyadari kesalahannya. Dalam 4 contoh selai cuma 1 botol layak dijual. Bisnis ini dimulai dengan satu varian selai yaitu karamel.
Uang Rp.200.000 dijadikan modal, jadilah produk selai Move One, menunjukan semangat bahwa dia masih memiliki cinta kasih akan berwirausaha. Bisnis ini memiliki omzet Rp.4- 5 juta dalam beberapa bulan saja. Ia pun sudah mengirim sampai ke Papua.
Menjual melalui jasa pengirima ekpedisi ke pelosok nusantara dan di luar sana. Pengiriman luar negeri diakui masih begantung titipan kerabat. Setiap minggu Nani mampu menghasilkan 50 jar dan habis. Kemasan jar yaitu 120ml berharga Rp.40.000 per- jar. "Produksi setiap jum'at," imbuhnya.
"Coach saya bilang fokus untuk kerjain satu walaupun hasilnya kecil tapi harus ditekuni," imbuh dia.
Meski begitu dia butuh waktu seminggu pertama bisa dibilang gagal. Target penjualan saja pernah gagal, ia pernah membuat 10 jar per- minggu tetapi tidak habis. Dia cuma mendapatkan Rp.4- 5 juta sebulan. Dan ia kini mampu mencapai omzet Rp.4 juta per- minggu.
Ibu empat anak ini memiliki strategi pemasaran lewat online. Dibantu dua orang teman, mereka menjual ini lewat Facebook, Instagram dan Twitter. Juga melalui bantuan teman- temannya yang mau mempromosikan si selain karamel Move On ini. Bicara ekspansi adalah dia ingin membuka rumah selai dan produk sejenis lain.
Satu resep pembuatan sampai 10 jam. Pemasaran melalui strategi mulut ke mulut dan melalui sosia. Teman Nani pun diajaknya bagaimana agar bareng ngumpulin modal agar membuat lebih banyak produk. Kemasan pun dipercantik agar dapat dijadikan hadiah oleh teman dibawa ke UK dan Kanada.
Instagram: mamakrempong
Facebook: mamakrempong
Twitter: mamakrempong
"Saya kan suka masak dan tidak mau ribet kalau katering kan ribet perlatanannya banyak. Nah kalau selai ini mudah dan bisa dikerjain sendiri," tutur dia.
Tiba- tiba tercetus dia mau mengerjakan bisnis karamel. Wanita berhijab yang pernah berkuliah kelautan ini lantas merencanakan bisnis selai karamel. Diakui dia meracik makanan tidak akan mudah. Apalagi ketika itu emosi dirinya tengah terganggu.
Marah dan sedih karena kebangkrutan dan ditinggal suami membuatnya susah. Emosi negatif membuat apa yang dibuatnya tidak berasa enak. Karamel racikannya jadi pahit. Padahal memasak karamel butuh waktu mengaduk kurang lebih 7 jam, mengaduk butuh konsistensi, penuh perasaan dan cinta dibutuhkan.
"Soalnya meleng sedikit, rasa ancur enggak karuan, kekentalan tiba- tiba melenceng dari harapan," jelasnya.
Beruntung dia segera menyadari kesalahannya. Dalam 4 contoh selai cuma 1 botol layak dijual. Bisnis ini dimulai dengan satu varian selai yaitu karamel.
Uang Rp.200.000 dijadikan modal, jadilah produk selai Move One, menunjukan semangat bahwa dia masih memiliki cinta kasih akan berwirausaha. Bisnis ini memiliki omzet Rp.4- 5 juta dalam beberapa bulan saja. Ia pun sudah mengirim sampai ke Papua.
Menjual melalui jasa pengirima ekpedisi ke pelosok nusantara dan di luar sana. Pengiriman luar negeri diakui masih begantung titipan kerabat. Setiap minggu Nani mampu menghasilkan 50 jar dan habis. Kemasan jar yaitu 120ml berharga Rp.40.000 per- jar. "Produksi setiap jum'at," imbuhnya.
"Coach saya bilang fokus untuk kerjain satu walaupun hasilnya kecil tapi harus ditekuni," imbuh dia.
Meski begitu dia butuh waktu seminggu pertama bisa dibilang gagal. Target penjualan saja pernah gagal, ia pernah membuat 10 jar per- minggu tetapi tidak habis. Dia cuma mendapatkan Rp.4- 5 juta sebulan. Dan ia kini mampu mencapai omzet Rp.4 juta per- minggu.
Ibu empat anak ini memiliki strategi pemasaran lewat online. Dibantu dua orang teman, mereka menjual ini lewat Facebook, Instagram dan Twitter. Juga melalui bantuan teman- temannya yang mau mempromosikan si selain karamel Move On ini. Bicara ekspansi adalah dia ingin membuka rumah selai dan produk sejenis lain.
Satu resep pembuatan sampai 10 jam. Pemasaran melalui strategi mulut ke mulut dan melalui sosia. Teman Nani pun diajaknya bagaimana agar bareng ngumpulin modal agar membuat lebih banyak produk. Kemasan pun dipercantik agar dapat dijadikan hadiah oleh teman dibawa ke UK dan Kanada.
Instagram: mamakrempong
Facebook: mamakrempong
Twitter: mamakrempong
0 comments:
Post a Comment