Profil Pengusaha Rida Wati
Bekerja di luar negeri memang menjadi harapan beberapa orang. Namun sampai kapan kamu nanti mampu bertahan hidup jauh dari keluarga. Banyak loh pengusaha malah pengen pulang. Hanya saja kebutuhan hidup juga tidak dapat dielakan.
Salah satunya Rida Wati rela melepaskan pekerjaan jadi TKI. Sayaratnya dia harus memiliki usaha sendiri di kampung. Untuk itulah dia mengumpulkan uang buat masa depan. Tetapi justru bukan dari uang tersebutlah dia mendapatkan banyak untung.
Yah usaha ternyata tidak butuh modal banyak.
Jangan biarkan diri mu terjebak dan menghentikan berusaha. Jika kamu TKI maka cobalah yang dilakukan oleh Rida. Gunakan uang modal seminim mungkin jadikan itu bisnis sampingan, siapa tau justru bisa jadi modal pulang.
Rida menyebut usahanya berawal dari bisnis sampingan. Berawal uang Rp.500 ribu yang disulapnya menjadi peyek. Bukan peyek tradisional seperti biasanya, dalam benak kreatif Rida mau dijadikan layaknya potato chip dalam kemasan.
TKW Hong Kong ini melanjutkan potongannya dibikin setipis mungkin. Kan biasanya peyek tradisional itu tebal serta terkadang alot. Kalau peyek Rida berasa lebih gurih karena tipis. Berkat usaha sampingan inilah dia bisa pulang kampung ke Cicalacap.
Keluar modal sedikit tetapi untungnya selangit. Ia menjelaskan kembali rempeyek kacang ini diberinya nama peyek Wong Jowo. "Saya terinspirasi potato chip, jadi sekali lahap langsung habis," jelasnya. Agar menarik masyarakat sekarang kemasannya dibikin semenarik mungkin.
Bermodal Rp.500 ribu dijadikan adonan satu kilogram. Kemasan mulai berbentuk kaleng -seperti halnya satu merek keripik- seharga Rp.35 ribu per- buah, adapula berbentuk plastik zipper seharga Rp.25 ribu, lalu ada kemasan kecil seharga Rp.5 ribu.
Dimulai baru dua bulan sejak akhir 2015, Rida mampu mendulang omzet mencapai Rp.10 juta per- bulan pada bulan- bulan pertama.
Meski sederhana menampilkan dua rasa: Kualitas peyek Wong Jowo sangat menggugah selera. Penggunaan tiga wadah mampu menyasar dua segmen. Tiga kemasan berbeda memberikan penanganan berbeda. Jadi untuk kemasan zipper dapat disimpen lama dan mudah disimpan lagi.
Wanita berumur 33 tahun ini tidak menggunakan strategi marketing khusus. Dia dibantu sang suami yang dulu pernah bekerja menjadi marketing di perusahaan.
Beruntung karena komunitas pengusaha Banyumas ikut mendukung Rida. Berawal dari menjual ke toko- toko kecil, lalu masuk ke toko besar khas oleh- oleh, hingga Rida memasarkan ke restoran di sepanjang wilayah Banyumas.
Untuk pemesanan Jakarta baru datang lewat mulut. Masuk ke dalam komunitas pengusaha terbukti mampu menaikan kesuksesan suatu usaha. Diakui oleh Rida juga bantuan dari pihak Bank, seperti Bank Mandiri, lewat pelatihan bertajuk Mandiri Sahabatku mendorong dirinya berusaha lebih.
Pelatihan tiga bulan selama tujuh kali seminggu itu sangat berguna. Rida percaya diri memboyong bisnisnya ke Indonesia. Dalam pelatihan tersebut termasuk pemberian bapak asuh membimbing bisnis. Mereka para pengusaha sukses Indonesia.
Rida berharap makin banyak pengusaha yang berawal TKI. Justru ketika lapangan pekerjaan di Indonesia tidak cukup, justru terdapat kesempatan bagi kita.
Rempeyek Wong Jowo semakin terkenal di dalam negeri. Berkat mengikuti program kewirausahaan nilai dari brand milik Rida berjaya. Meski baru berjalan dua bulan mampu menembus Belanda dan Malaysia. Ia bahkan sudah menyiapkan program ekspor sejak Apri dan Oktober 2016 ini.
Mantan TKW ini masuk program Mandiri Sahabatku. Rida sendiri mendapatkan satu bapak asuh seorang pengusaha Batik besar. Berkat ia lah koneksi ke luar negeri didapatkan. Selain itu dukungan Bupati Cilacap terbukti ampuh mendorong bisnisnya maju.
"Belum ada yang serius menggarap rempeyek ini, padahal peluangnya cukup besar," terangnya.
Lewat kemasan kaleng memberikan unsur lebih. Rempeyek miliknya sudah seperti brand luar yang masuk ke Indonesia itu. Jumlah pesanan kemungkinan bisa saja besar. Untuk sementara distributor di luar tengah lagi mencoba mengetes pasaran Rempeyek Wong Jowo.
Sayangnya, berbanding terbalik dengan kesuksesan di luar. Rempeyek Wong Jowo masih dijual sebatas di toko oleh- oleh dan restoran sepanjang Jawa Tengah. Jakarta sendiri masih sebatas permintaan personal bukan buat distributor atau keagenan. Omzet perbulan dari usahanya sudah mencapai Rp.10 juta per- bulan.
"...rencananya mau varian rasa balado dan black papper," ujar Rida. Wanita berhijab ini sangat optimis akan jalannya untuk berekpansi.
TKW Hong Kong ini melanjutkan potongannya dibikin setipis mungkin. Kan biasanya peyek tradisional itu tebal serta terkadang alot. Kalau peyek Rida berasa lebih gurih karena tipis. Berkat usaha sampingan inilah dia bisa pulang kampung ke Cicalacap.
Keluar modal sedikit tetapi untungnya selangit. Ia menjelaskan kembali rempeyek kacang ini diberinya nama peyek Wong Jowo. "Saya terinspirasi potato chip, jadi sekali lahap langsung habis," jelasnya. Agar menarik masyarakat sekarang kemasannya dibikin semenarik mungkin.
Bermodal Rp.500 ribu dijadikan adonan satu kilogram. Kemasan mulai berbentuk kaleng -seperti halnya satu merek keripik- seharga Rp.35 ribu per- buah, adapula berbentuk plastik zipper seharga Rp.25 ribu, lalu ada kemasan kecil seharga Rp.5 ribu.
Dimulai baru dua bulan sejak akhir 2015, Rida mampu mendulang omzet mencapai Rp.10 juta per- bulan pada bulan- bulan pertama.
Usaha sederhana
Meski sederhana menampilkan dua rasa: Kualitas peyek Wong Jowo sangat menggugah selera. Penggunaan tiga wadah mampu menyasar dua segmen. Tiga kemasan berbeda memberikan penanganan berbeda. Jadi untuk kemasan zipper dapat disimpen lama dan mudah disimpan lagi.
Wanita berumur 33 tahun ini tidak menggunakan strategi marketing khusus. Dia dibantu sang suami yang dulu pernah bekerja menjadi marketing di perusahaan.
Beruntung karena komunitas pengusaha Banyumas ikut mendukung Rida. Berawal dari menjual ke toko- toko kecil, lalu masuk ke toko besar khas oleh- oleh, hingga Rida memasarkan ke restoran di sepanjang wilayah Banyumas.
Untuk pemesanan Jakarta baru datang lewat mulut. Masuk ke dalam komunitas pengusaha terbukti mampu menaikan kesuksesan suatu usaha. Diakui oleh Rida juga bantuan dari pihak Bank, seperti Bank Mandiri, lewat pelatihan bertajuk Mandiri Sahabatku mendorong dirinya berusaha lebih.
Pelatihan tiga bulan selama tujuh kali seminggu itu sangat berguna. Rida percaya diri memboyong bisnisnya ke Indonesia. Dalam pelatihan tersebut termasuk pemberian bapak asuh membimbing bisnis. Mereka para pengusaha sukses Indonesia.
Rida berharap makin banyak pengusaha yang berawal TKI. Justru ketika lapangan pekerjaan di Indonesia tidak cukup, justru terdapat kesempatan bagi kita.
Rempeyek Wong Jowo semakin terkenal di dalam negeri. Berkat mengikuti program kewirausahaan nilai dari brand milik Rida berjaya. Meski baru berjalan dua bulan mampu menembus Belanda dan Malaysia. Ia bahkan sudah menyiapkan program ekspor sejak Apri dan Oktober 2016 ini.
Mantan TKW ini masuk program Mandiri Sahabatku. Rida sendiri mendapatkan satu bapak asuh seorang pengusaha Batik besar. Berkat ia lah koneksi ke luar negeri didapatkan. Selain itu dukungan Bupati Cilacap terbukti ampuh mendorong bisnisnya maju.
"Belum ada yang serius menggarap rempeyek ini, padahal peluangnya cukup besar," terangnya.
Lewat kemasan kaleng memberikan unsur lebih. Rempeyek miliknya sudah seperti brand luar yang masuk ke Indonesia itu. Jumlah pesanan kemungkinan bisa saja besar. Untuk sementara distributor di luar tengah lagi mencoba mengetes pasaran Rempeyek Wong Jowo.
Sayangnya, berbanding terbalik dengan kesuksesan di luar. Rempeyek Wong Jowo masih dijual sebatas di toko oleh- oleh dan restoran sepanjang Jawa Tengah. Jakarta sendiri masih sebatas permintaan personal bukan buat distributor atau keagenan. Omzet perbulan dari usahanya sudah mencapai Rp.10 juta per- bulan.
"...rencananya mau varian rasa balado dan black papper," ujar Rida. Wanita berhijab ini sangat optimis akan jalannya untuk berekpansi.
0 comments:
Post a Comment