Sekilas tidakmenampakkan sedikit pun sebuah aktivitas, alih-alih keriuhan khas sebuah kantor. Padahal dari ruangan sederhana itu seorang anak muda penuh semangat dan ambisius, setiap hari membuat rencana, mengendalikan perusahaan dan berjibaku dengan mimpi-mimpinya. Dan, berhasil!
Siang itu, Ibnu Riyanto yang berkaos butut tanpa leher, berjins belel dan bersandal jepit yang warnanya sudah memudar baru saja rapat singkat di meja kerjanya seukuran meja guru di sekolah dasar inpres. Karena tak muat mengelilingi meja, sebagian karyawan termasuk sekretarisnya yang anggun dan ramah duduk berdempetan di sofa mungil yang menyita sebagian ruangan kerjanya. Mereka baru saja membahas rencana kegiatan selama tiga hari penuh memperingati Pusat Grosir Batik Trusmi memasuki tahun ketiga.
Selepas rapat, Ibnu tidak langsung beranjak. Pantatnya masih menempel di kursi yang bila bergerak sedikit akan berderit ngilu. Ujung pinsil ditempelkan di kerut dahinya. Ibnu masih berpikir keras untuk membuat acara ulang tahun perusahaannnya lebih meriah dari biasanya. Ibnu tidak ingin acara ulang tahun Pusat Grosir Batik Trusmi yang menjadi agenda kemeriahan terbesar di Cirebon Raya pada awal tahun menjadi agenda rutin tanpa kesan.
Seperti halnya Archimides baru saja menemukan postulatnya bertariakerureka! eureka!, Ibnu pun spontan melonjak dan berteriak yes! yes! mantap bro! "Ayo kita mulai sekarang juga!" teriak Ibnu.
Tiga karyawan yang tersisa di ruangan administrasi tentu sangat kaget. Sebelum keluar ruangan tiga karyawan itu meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa tidak ada yang salah dengan sang bos yang kerap disapa karyawannya dengan pangggilan "Pak I" ini.
"Gua baru saja gue dapat ide. Ini pasti menyedot perhatian wartawan dan bisa menjadi perhatian nasional," ujar Ibnu memecah keheningan. "Kita lanjutkan besok, kerjakan saja hasil rapat tadi.
Selebihnya gue handle sendiri ya." Ibnu keluar sambil menggendong tas ranselnya. Sosoknya hilang di tengah keramaian pengunjung pusat grosir yang kali ini kedatangan rombongan ibu-ibu dari Provinsi Banten.
***
Tepat hari Minggu, 24 Maret 2013, senyum Ibnu terus mengembang. Ide spontannya telah membuahkan hasil. Pusat Grosir Batik Trusmi langsung menjadi pemberitaan tingkat nasional dan juga internasional lewat pemberitaan yang masif. Secara resmi Ibnu tercatat sebagai pemegang rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dengan nomor registrasi 5577.
"Kami langsung hattrick, pemilik toko terbesar, terluas dan termuda sekaligus. Pak Ahmad Heryawan pun sampai datang pakai helikopter karena hampir bersamaan di Bandung juga ada acara. Karena acara kami dianggap penting, beliau hadir. Malah istri gubernur datang lebih pagi," kata Ibnu banggga.
Penganugerahan rekor Muri yang disaksikan Gubernur Jawa Barat Ahhmad Heryawan ini adalah puncak dari tiga hari kemeriahan di Pusat Grosir Batik Trusmi di Jalan Trusmi Kulon No. 148, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Hari pertama digelar lomba melukis dan membatik. Hari berikutnya lomba fashion show dan dance. Khusus lomba peragaan busana di catwalk ini ternyata masuk rekor peserta terbanyak di Cirebon Raya yang mencapai 350 orang. Acara yang seharusnya kelar sebelum jam lima sore baru selesai pukul 22.00 WIB.
“Hari Minggu menjadi puncaknya yaitu jalan santai dan pemecahan rekor Muri,” kata Ibnu.
“Awalnya saya berencana membuat kue terbesar, tapi itu biasa. Kenapa tidak toko terbesar saja? Saya kontak Muri lewat telepon yang di-googling dari internet dan ternyata belum ada yang memecahkan rekor untuk itu. Namun setelahnya saya berpikir juga kalau toko terbesar suatu saat gampang dipecahkan. Kenapa tidak toko terbesar dan terluas dan pemiliknya termuda saja,” kenangnya.
Sang istri, Sally Giavony, yang berdampingan dengan istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan, juga tak kalah cerianya. Sally tak henti-hentinya mendapatkan ucapan selamat dari karyawan dan juga pengunjung. Sally sempat meneteskan air mata. Keharuan itu membuncah ketika teringat perjuangan keras suami dan juga karyawannya untuk membangun Pusat Grosir Batik Trusmi yang dirintis dari jualan batik eceran sejak 2006 dari pojokan teras rumah seukuran 4x4 meter hingga berkembang pesat seperti sekarang ini.
Seharusnya Ibnu mendapatkan rekor Muri itu dalam usia 21 tahun. Namun lembaga partikelir yang digagas pakar kelirumunologi cum pengusaha jamu Jaya Suprana ini menorehkannya tepat pada usia 22 tahun 5 bulan dan 10 hari. Muri berpatokan pada usia ketika Ibnu mendaftarkan secara resmi perusahaannya ke Kementerian Kehakiman dan HAM.
“Saya telat mendaftarkan perusahaan,” akunya. “Tapi itu tak masalah, kami tetap paling muda kok,” ujarnya.
Liputan media siang itu sangat paripurna. Mulai media cetak, online dan televisi meliput penganugerahan rekor Muri itu. Benar saja, media lebih tertarik meliput usia muda Ibnu dibandingkan rekor toko terluas dan terbesar.
Media besar seperti harian Kompas, harian bisnis Kontan, Pikiran Rakyat, Republika, jaringan Jawa Pos, tvOne, Kompas TV, SCTV, ANTV, RCTI, Metro TV dan NET TV tidak hanya meliput aktivitas Pusat Grosir Batik Trusmi tetapi juga membuat profil Ibnu sebagai kisah inspiratif.
“Saya tidak membayangkan sebelumnya. Dampak pemberitaan sangat dahsyat dan saya sangat berterimakasih atas liputan media ini.
Sebagai penghargaan atas mereka saya selalu berpesan kepada karyawan saya agar kalau ada media atau wartawan yang datang agar saya dihubungi. Tentu saya bisa menemani mereka saat berbelanja atau untuk sekadar wawancara,” katanya.
Manajer Muri, Sri Widayati, menjelaskan prestasi Ibnu belum pernah diraih oleh orang lain sebelumnya. Prestasi Ibnu pun termasuk yang sulit dipecahkan karena terkait usia. "Ibnu memecahkan rekor pengusaha termuda sekaligus pemilik toko batik terluas di Indonesia," kata Sri.
Sebelumnya, entrepreneur termuda pernah ditorehkan atas nama Sigit Pramono sebagai direktur utama BNI pada usia 45 tahun dan Jimi M Rifai yang menjabat sebagai dirut Sarinah pada usia 36 tahun.
Siapa menyangka, Pusat Grosir Batik Trusmi ini awalnya dibangun oleh pasangan suami istri yang 'nekad' menikah muda dan baru beberapa bulan berhak mendapatkan kartu tanda penduduk (KTP). Masih muda, rendah hati, tajir pula!
0 comments:
Post a Comment