Diceritakan saat itu Sutan kuliah masih di tingkat satu ATN Yogyakarta, kos tak jauh dari kediaman Unung Rosyatie yang saat itu masih kelas tiga SMP. Seharusnya kelas satu SMA karena sempat tertinggal satu tahun ketika ‘diasingkan’ ke Tasikmalaya, Jawa Barat, untuk menghindari kejaran Sutan.
"Saya taruhan dengan teman-teman. Saya bilang insya Allah saya duluan dari kalian. Benar saya tunggu di sebuah gang tempat dia naik becak langganannya. Pas muncul saya kejar. Dia ketakutan. Saya sebenarnya malu dilihatin banyak orang. Saya tangkap tangannya. Tukang becak saya usir dan tukang becak pun lari ketakutan," kenang Sutan.
Sutan mencoba menenangkan Unung agar bisa menjelaskan tentang siapa dirinya dan maksudnya. Unung tetap tidak mau dan meronta tetapi Sutan terus memaksa. Karena merasa malu terus ditonton orang banyak akhirnya Unung berusaha tenang dan tidak berontak. "Nung saya tetangga kamu. Saya cuma mau nganterin kamu sekolah saya ingin kenal kamu saja," bujuk Sutan
Sutan sempat mengantarkan Unung hingga sekolahnya. Sebelum berpisah di gerbang sekolah, Sutan sempat meminta kesempatan untuk menjemputnya kembali. Sore harinya Unung sempat dijemput Sutan dan mampir makan bubur kacang ijo. Rupanya itu perjamuan terakhir karena esoknya Sutan tak bisa mendekati Unung lagi. Unung terus menghindar dan dia tidak suka dengan Sutan
Sutan tidak putus asa. Unung lari, Sutan mengejar begitulah dalam setahun. Tidak putus asa dan berbagai upaya dilakukan. Sutan coba mendekati rumahnya dan imbalannya adalah diusir seperti anjing kudis. "Saya lakukan berkali-kali. Usiran serupa terjadi. Saya justru tambah penasaran kenapa diusir," kata Sutan.
Petaka cinta terjadi saat Unung yang sudah mulai jatuh hati dan penasaran dengan kenekatan Sutan diungsikan keluarga ke Indihiang, Tasikmalaya, Jawa Barat. Unung dipaksa pindah sekolah ke sebuah udik di Priangan Timur. "Saya hanya bisa mengirim surat dengan nama samaran agar tidak terendus keluarganya di Tasikmalaya," kenang Sutan.
Unung hanya satu tahun bertahan di Tasikmalaya. Ayahnya menyerah dan akhirnya kembali membawa Unung ke Yogyakarta agar jiwanya tidak terganggu. Namun kembalinya Unung ke Yogkarta bukan malah bertambah mudah Sutan untuk mendapatkan pujaan hatinya.
Ayah Unung tetap tidak memberi kesempatan Sutan untuk mendekat. Namun suatu waktu tiba-tiba Sutan mendapat kabar baik. Lewat Unung, Sutan diundang untuk bertandang ke rumahnya. Saat itu hatinya melonjak. Namun, lima menit kemudian akal sehatnya bertanya-tanya. "Kenapa bisa tiba-tiba saya diundang? Apakah ini kabar baik atau kabar buruk? Apakah saya direstui?" batin Sutan.
"Bapak mengundang Bang Sutan katanya penting," kata Unung.
Perasaan negatif lebih besar dirasakan Sutan ketika sore itu Sutan sampai di rumah Unung. Keluarga besar Unung sudah kumpul di rumah yang sekira 300 meter dari tempat tinggal Sutan. Semua muka ditatap Sutan dan tampangnya serius dan tak ada senyum. "Wah ini gelagat nggak baik," batin Sutan.
"Begini nak Sutan, Unung sudah dijodohkan dengan.... ini," kata ayah Unung sambil menepuk punggung cowok di sampingnya. Sang cowok tersenyum mesem-mesem. Sutan tambah kecut.
Unung dan Sutan sempat saling tatap dan setelah itu tertunduk kembali. Sutan melihat air muka kejujuran. "Ah, yang penting Unung tak suka dengan cowok itu," batinnya lagi.
Belakangan Sutan tahu ayah Unung tidak suka dengan Sutan bukan karena perangai atau tampilannya melainkann karena Sutan orang Batak. "Dia kira semua orang batak makan anjing," kata Sutan pahit.
0 comments:
Post a Comment